Model ini berbasiskan pada
kebutuhan terhadap aplikasi secara keberlanjutan untuk menyaring
kebutuhan-kebutuhan tersebut dan estimasi proyek secara keseluruhan. Model ini
menerapkan perancangan model proses yang lebih dinamis dengan terus beradaptasi
terhadap kebutuhan proses bisnis dimasa yang akan datang sehingga versi
aplikasi terus berkembang dengan fitur-fitur yang mengalami peningkatan dari
waktu kewaktu.
Kebutuhan waktu untuk
pengembangan aplikasi yang cepat dengan kapasitas proyek yang relatif kecil
sangat relefan dengan model spiral ini. Keterlibatan pelanggan dengan tim
pengembang perangkat lunak akan sangat sering terjadi karena pelanggan akan
memberikan feedback dan persetujuan setiap tahap dalam pengembangan aplikasi
perangkat lunak. Dengan adanya feedback dari pelanggan maka estimasi waktu
terhadap penyelesaian proyek perangkat lunak menjadi semakin jelas.
Gambar 5. Tahapan Pada Model
Proses Spiral (Boehm, 1988)
Pengembangan perangkat lunak
dengan model spiral memiliki kelemahan karena tidak adanya milestone sebagai
titik transisi dan pengujian maka dikhawatirkan proses pengembangan sistem akan
mengalami kekacauan dari segi waktu penyelesaian solusi sistem. Oleh karenanya
model ini hanya sesuai untuk aplikasi-aplikasi kecil yang tidak terintegrasi
dan terdistribusi.
Model spiral terbagi menjadi
empat quadrant, dimana setiap quadrantmerepresentasikan sebuah manajemen proses
dengan tahapan-tahapan identify,design, construct dan evaluate (Dean Muench,
1994). Sistem akan melalui tahapan-tahapan proses yang akan berulang sebagai
berikut:
1. Mendefinisikan tujuan dan
kebutuhan bisnis, mengembangkan desain konseptual, rancangan konsep, rencana
pengujian, dan analisis terhadap resiko dengan melibatkan pemakai.
2. Mendefinisikan kebutuhan
sistem, mengembangkan desain logikal, mengkompilasi (software-build) rancangan
awal, mengevaluasi hasil dengan melibatkan pemakai.
3. Mendifinisakan kebutuhan
subsistem, menghasilkan desain fisikal, mengkompilasi rancangan berikutnya,
mengevaluasi hasil dengan melibatkan pemakai.
4. Mendefinisikan kebutuhan
setiap unit, menghasilkan desain akhir, mengkompilasi rancangan akhir,
mengevaluasi keseluruhan.
Tahapan model spiral:
Model spiral dibagi menjadi
enam wilayah tugas yaitu:
1. Customer communication:
Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun komunikasi yang efektif antara
developer dengan user / customer terutama mengenai kebutuhan dari customer.
2. Planning: Aktivitas
perencanaan ini dibutuhkan untuk menentukan sumberdaya, perkiraan waktu
pengerjaan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan untuk pengembangan software.
3. Analysis risk: Aktivitas
analisis resiko ini dijalankan untuk menganalisis baik resiko secara teknikal
maupun secara manajerial. Tahap inilah yang mungkin tidak ada pada model proses
yang juga menggunakan metode iterasi, tetapi hanya dilakukan pada spiral model.
4. Engineering: Aktivitas
yang dibutuhkan untuk membangun 1 atau lebih representasi dari aplikasi secara
teknikal.
5. Construction &
Release: Aktivitas yang dibutuhkan untuk develop software, testing, instalasi
dan penyediaan user / costumer support seperti training penggunaan software
serta dokumentasi seperti buku manual penggunaan software.
6. Customer evaluation:
Aktivitas yang dibutuhkan untuk mendapatkan feedback dari user / customer
berdasarkan evaluasi mereka selama representasi software pada tahap engineering
maupun pada implementasi selama instalasi software pada tahap construction and
release.
•Lebih cocok untuk
pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar
•Pengembang dan pemakai
dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko setiap tingkat evolusi
karena perangkat lunak terus bekerja selama proses.
Kekurangan model Spiral
•Memerlukan tenaga ahli
untuk memperkirakan resiko, dan harus mengandalkannya supaya sukses
•Model spiral ini merupakan
model yang masih baru sehingga belum terbukti apakah model ini efisien atau
tidak.
Sumber :
http://ayip7shortcutsharing.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-model-proses-spiral.html
Komentar
Posting Komentar